PENGALAMAN MENGURUS SURAT TILANG WARNA BIRU
Kenalin nama gue Gokbe Impola Bakkara. Kali ini gue menulis artikel tentang surat tilang warna biru. Gue yakin, banyak di antara kalian pernah membaca artikel mengenai lebih baik meminta surat tilang biru saat ditilang polisi. Artikel itu menyebar luas di sosial media dan mengajak masyarakat untuk menolak damai di tempat dan meminta surat tilang biru. Melalui artikel yang gue tulis ini, gue akan ajak kalian untuk re-think again about that. Here’s why..
Ditilang Pak Polisi
Selasa sore itu, 7 April 2020, gue ngambil mobil dari bengkel asuransi gue di tebet. Gue tancap gas menuju pulang ke kostan gue di Grogol. Kebetulan saat itu situasi jalanan sangat macet.Sementara perut gue udah keroncongan minta diisi makanan. Lagi asik-asik berkendara, tiba-tiba gue diberhentiin ama seorang polisi di sekitar cideng tepatnya lampu merah RS Tarakan. Polisi berkulit gelap, agak gemuk, dengan potongan rambut pendek ini mengulurkan tangannya sambil berkata, “Selamat sore mas, boleh pinggir dulu", dan tanpa tanya gue langsung jawab "baik pak"
Gue mengernyitkan dahi, salah gue apa ya?.
Oke gue pinggirin dan pak polisi datang.
"Tolong tunjukin surat-suratnya Mas". Gue keluarin SIM, STNK dan KTP.
Pak polisi bertanya,
"Mas tau kesalahanya apa?" Dengan tenang saya jawab tidak tau pak.
"Mas kesalahanhya adalah pas saat lampu merah mas berhenti di jalur paling kanan, sementara mas mau jalan lurus bukan belok kanan. Yang berhenti di jalur paling kanan adalah kendaraan yang ingin berbelok ke kanan"
Dan saya menjawab
"Pak, ini ada 2 jalur dan situasi macet. Kecuali ada 3 jalur atau lebih tetapi saya masih berhenti di sebelah kanan jelas saya salah"
Pak polisi dengan nada tinggi berkata "kamu mau melawan petugas?"
Ahhhh dipikiran gue udahlah, percuma juga berdebat dengan polisi arogan ini yang katanya mengayomi dan melayani masyarakat.
"Mau ditilang apa mau nitip disini mas?"
Tilang aja pak
Gue sengaja minta surat tilang warna biru karna gue penasaran seribet apa sih ngurus surat tilang warna biru.
Oke gue pinggirin dan pak polisi datang.
"Tolong tunjukin surat-suratnya Mas". Gue keluarin SIM, STNK dan KTP.
Pak polisi bertanya,
"Mas tau kesalahanya apa?" Dengan tenang saya jawab tidak tau pak.
"Mas kesalahanhya adalah pas saat lampu merah mas berhenti di jalur paling kanan, sementara mas mau jalan lurus bukan belok kanan. Yang berhenti di jalur paling kanan adalah kendaraan yang ingin berbelok ke kanan"
Dan saya menjawab
"Pak, ini ada 2 jalur dan situasi macet. Kecuali ada 3 jalur atau lebih tetapi saya masih berhenti di sebelah kanan jelas saya salah"
Pak polisi dengan nada tinggi berkata "kamu mau melawan petugas?"
Ahhhh dipikiran gue udahlah, percuma juga berdebat dengan polisi arogan ini yang katanya mengayomi dan melayani masyarakat.
"Mau ditilang apa mau nitip disini mas?"
Tilang aja pak
Gue sengaja minta surat tilang warna biru karna gue penasaran seribet apa sih ngurus surat tilang warna biru.
Pak polisi memberikan gue lembar tilang warna biru dengan nominal denda Rp 500.000,00 yang dilingkari, “Jadi, kamu hari rabu bayar tilang di Bank BRI. Hari kamis ke Polres buat ambil SIM kamu.” katanya.
“Kenapa nggak sekarang aja ke Bank-nya pak?” tanya gue.
“Sekarang udah sore , mana ada bank yang buka?” tanya dia balik.
Gue juga tahu kale, ujar gue dalam hati. “Yah, kan ada ATM. Memang tidak bisa bayar lewat ATM?” tanya gue lagi.
“Oh, kalau itu belum ada kerjasama.” jawabnya singkat sambil pergi untuk mengurus “mangsa” dia yang lain.
Gue lalu duduk di mobil gue sambil memperhatikan dengan seksama. Di sana tertulis gue mengikuti sidang tanggal 17 April 2020. Kenapa gue disuruh datang ke Polres hari Kamis? Gue mulai su’udzon, jangan-jangan nanti kamis gue disuruh datang, trus doi bilang kalau SIM belum selesai diurus. Tapi bisa aja selesai dengan gue membayar nominal tertentu. Dan herannya lagi, gue kan minta surat biru. Kenapa gue masih ditulis harus mengikuti sidang? Ah, persetan lah. Gue akan tetap datang tanggal 17 April 2020 sesuai yang dia tulis.
Bayar Denda di BRI
Esoknya, hari rabu, gue mengurus pembayaran ke Bank BRI terdekat. Perlu diketahui bahwa tidak semua cabang BRI bisa menerima pembayaran tilang. Kantor cabang dengan tipe KCP (Kantor Cabang Pembantu) tidak menerima pembayaran tersebut.
Ketika sampai, gue disambut security di Bank BRI tersebut.
“Ada keperluan apa, Pak?” tanyanya dengan ramah.
“Oh, saya ingin membayar tilang, Pak.” jawab gue.
“Boleh lihat surat tilangnya, pak?” tanyanya. Gue mengeluarkan surat tilang berwarna biru tersebut. “Sebelumnya, maaf pak, Bapak yakin ingin membayar denda senilai ini?” tanyanya lagi.
“Iya, pak.” jawab gue singkat. Mungkin ada banyak orang yang shock dengan denda maksimal tersebut yah.
Bapak security tersebut lalu masuk ke kantor bank bersama surat tilang dan stnk gue untuk verifikasi. Beliau lalu menghampiri gue sambil bertanya, “Kenapa pak ditilangnya?”
“Gara-gara salah jalur pak.” jawab gue lagi.
“Kenapa nggak damai aja pak. He he he.” tanyanya lagi sambil senyam senyum.
“Males aja liat muka dia lama-lama.” jawab gue sambil nyengir kecut.
Tidak berapa lama, nama gue dipanggil teller. Gue lalu memberikan uang Rp 500.000,00 untuk pembayaran tilang. Setelah itu gue menerima bukti pembayaran tilang berwarna kuning dari bank BRI. Gue menyimpannya dengan rapi untuk pengambilan SIM gue tanggal 17 April nanti.
Pengambilan SIM
Setelah terlebih dahulu meminta ijin ke atasan gue, tanggal 17 April 2020 pagi gue memacu si putih gue Kantor pengadilan Jakarta pusat. Ketika sampai, gue langsung di-kepoin sama para polisi yang berjaga di gerbang masuk.
“Hei, mau apa pak?” tanyanya seperti preman pasar.
“Mau ambil SIM” jawab gue lantang.
“Oh, tilang yah? Masuk.. Masuk.” kata salah satu dari mereka.
Gue langsung ke loket pengambilan SIM menyerahkan Surat tilang dan bukti setoran pembayaran dari BRI.
Kesimpulan
Sebenarnya, alur tilang itu cukup mudah
Di sini, gue sangat amat tidak menyarankan untuk damai di tempat karena hal tersebut malah membuat mental para pegayom masyarakat ini semakin hancur. Intinya ada 2 macam surat tilang yang bisa kita ambil:
- Surat Tilang Biru
Kita menerima bahwa kita melanggar peraturan lalu lintas. Kita akan membayar uang titipan denda melalui bank yang ditunjuk (BRI). Besar denda yang dibayarkan adalah maksimum yang berbeda tergantung pelanggarannya - Surat Tilang Merah
Kita menolak bahwa kita melanggar peraturan lalu lintas. Kita bisa menngikuti sidang yang biasanya nominalnya lebih kecil daripada besar denda maksimal.
Jika kalian memiliki uang lebih dan tidak ingin repot mengikuti sidang, silakan pilih slip biru. Gue udah membuktikannya. Tinggal bayar, datang, ambil, selesai. Hal ini membuat gue agak menyesal belakangan (Perih kk Rp 100.000,00 pas tanggal tua begitu).
Jika kalian memilih untuk mengikuti sidang, nominal denda kemungkinan bisa lebih murah. Setidaknya itu yang saya lihat dari pengalaman para kaskuser. Sekedar gambaran, berikut beberapa pelanggaran dan denda maksimumnya sesuai dengan UU 22/2009
Jadi, pilih mana? Surat tilang biru atau merah? 
Komentar
Posting Komentar